Harga logam termasuk nikel, sebagai bahan baku kendaraan listrik (EV) turun bersamaan perlambatan pada keinginan EV di pasar China. Nilai lithium turun nyaris 50 % dari pucuknya pada musim luruh kemarin.
Harga sumber daya itu, termasuk kobalt dan nikel, diprediksi menurun untuk beberapa saat di depan. Karena beberapa produsen berencana peluasan output. Beberapa pakar memprediksikan, ini malah bisa turunkan harga kendaraan listrik tersebut yang hendak berpengaruh baik pada penebarannya.
Lithium karbonat Agen bola terpercaya yang disebut dasar harga litium dipasarkan rerata 177.500 yuan, sama dengan Rp 368,delapan juta per ton, dari tengah sampai akhir April, berdasar data Argus Media. Ini ialah harga paling rendah dalam sekitaran 19 bulan dan turun 69% dari tingkat paling tinggi pada November 2022.
Harga mulai naik kembali saat produsen memotong produksi, lalu mencatatr pada Juni. Pada Selasa (27/6), harga capai 310.000 yuan atau Rp 644,dua juta, turun 45 % dibanding harga November 2022.
Pada hari sama, harga spot kobalt Eropa sebagai dasar internasional ada range US$ 15,25 atau Rp 229,7 ribu) per pon. Agen bola terbaik Ini sebagai harga paling rendah semenjak Agustus 2020, turun sejumlah 62 % dari harga pucuk Mei 2022.
Dalam pada itu, harga Nikel ditutup di angka 20.305 USD (Rp 42,1 juta) per ton untuk kontrak 3 bulan di London Metal Exchange pada Senin (26/6), jeblok 63 % dari rekor paling tinggi pada Maret 2022.
Harga logam battery mulai naik di tahun 2021 dan capai rekor paling tinggi pada tahun selanjutnya. Hal itu dipacu peningkatan keinginan EV di tengah-tengah perubahan global ke arah pengurangan emisi karbon.
Keinginan akan EV mulai melamban bersamaan secara usainya bantuan EV di China pada tahun akhir kemarin. Penebaran battery lithium besi fosfat untuk kendaraan listrik, yang tidak memakai kobalt atau nikel menolong turunkan harga.
Berkenaan itu, banyak project yang dilaksanakan untuk tingkatkan produksi logam battery di Australia dan Chile. Dijumpai, Australia hasilkan 1/2 dari lithium dunia, dan Chile menyumbangkan 20- 30 %. Di Indonesia sendiri, produsen siap-siap memacu produksi nikel. Tidak itu saja, Kongo merencanakan meluaskan produksi kobalt dalam negeri.